Bangalore adalah sebuah kota di India yang mengalami perubahan besar dalam tradisi masyarakatnya. Tadinya itu merupakan kota hiburan yang hidup. Tradisi, kafe-kafe malam yang dihiasi nuansa live music, Theater-theater yang menghidupkan suasana cozzy. Namun yang terjadi belakangan adalah kota tersebut berubah menjadi pusat indutri IT khususnya perangkat lunak. Perusahaan IT besar seperti Infosys dan lainnya menghiasi seluruh kota. Para pekerja yang kebanyakan berasal dari luar kota membuat peningkatan jumlah penduduk dengan pesat. Akibatnya banyak muncul pembangunan perumahan baru oleh banyak perusahaan property, harga tanah menjadi mahal, biaya parkir mahal akibat meningkatnya jumlah kendaraan, jalan-jalan jadi macet, mall-mall ala barat bermunculan, pendapatan perkapita pun naik. Namun hal ini bukan berarti bagus. Sebagian kalangan yang asli dari kota tersebut merasa terpojokan, bagi mereka yang tidak berkarir di bidang IT tersingkir ke pinggiran kota, toko-toko tradisional mulai tersingkir oleh mall-mall modern. Bahkan kepala polisi pun memberlakukan jam malam, pada pukul 23.30 seluruh toko harus tutup. Kepala polisi pun beralasa" karena hiruk pikuk di siang hari yang begitu melelahkan dan terbatasnya anggota kepolisian.maka saya tidak mau mengambil resiko terhadap anak buah saya untuk melerai perkelahian,mabuk-mabukan dan lain sebagainya di tempat hiburan, mereka butuh istirahat". Ini bukan peraturan yang bagus bagi para pengusaha-pengusaha café, jelas ini penurunan omset. Café-café dan teater-teater tradisional mulai kehilangan gairahnya. Banyak musisi-musisi yang jadi menganggur. Semua café harus tergesa-gesa menutup usahanya sebelum pukul 23.30. Seorang penulis yang penduduk asli kota tersebut berujar "mereka(pekerja IT) tak ada bedanya dengan kuli. Melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang tapi tanpa melakukan Inovasi apapun".Kemajuan jaman gak selalu berdampak bagus, bagi sebagian kalangan ini suatu pukulan berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar